Jumat, 24 Maret 2017

Sekolah 5 Hari




Oleh: Wahyudi 

Dalam kesempatan ini, yuuk kita mencoba mengobrolkan rencana kebijakan sekolah 5 hari yang sudah disetujui Kemendikbud dan pemerintah. Belakangan,Pelaksanaan program pendidikan lima hari kian santer menguak ditataran eksesuksi pelaksanaan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy memastikan kebijakan lima hari sekolah dalam seminggu akan diterapkan mulai tahun ajaran 2017-2018. Meskipun sebenarnya sudah banyak daerah yang menerapkan program lima hari sekolah. Tetapi dengan adanya kebijakan Menteri Pendidikan maka program lima hari sekolah itu berlaku untuk semua daerah di Indonesia. Kebijakan ini tidak hanya diberlakukan bagi pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga untuk pendidikan agama. Terlepas dari teriakan lantang orang-orang yang berkoar mengenahi kelemahan-kelemahan fatal dari program sekolah 5 hari itu, tetapi sepertinya Menteri Pendidikan sudah tidak lagi menghiraukan suara-suara itu. Pendidikan lima hari tetap dilaksanakan dengan melihat sisi dampak postif yang selama ini diyakini pak Menteri Pendidikan.

Tentu konsekuensi yang harus ditanggung dari pelaksanaan pendidikan 5 hari adalah adanya pemadatan jam belajar di sekolah untuk menggantikan jam belajar hari sabtu yang diliburkan. Sebab hari sabtu dan minggu menjadi diliburkan. Tujuan utama dari gagasan ini adalah agar siswa memiliki banyak waktu bersama keluarga atau teman terutama di hari sabtu dan minggu. Sehingga turut mendorong pengupayaan pembentukan karakter anak.Seain itu tentunya guru juga mendapat tuntutatn pemadatan jam mengajar dalam seminggu. Artinya beban belajar siswa dan guru semakin padat seharian penuh sehingga tiada waktu bagi siswa dan guru untuk istirahat. Dengan jam belajar yang pada itu siswa dan guru lebih banyak memiliki waktu untuk berinteraksi dan tentu guru memiliki kesempatan banyak untuk menumbuhkan pembinaan karakter positif pada siswa.

Kebijakan program sekolah lima hari kita saksikan memang banyak diterapkan dan dibuktikan oleh negara-negara maju seperti Singapura, Amerika, Jerman. Negara-negara yang memiliki pendidikan maju itu Sabtu dan Minggu tidak sekolah alias libur. Sedangkan di Tanah Air, sistem enam hari sekolah yang sudah diterapkan sejak lama ternyata tidak juga mendongkrak mutu pendidikan dan kualitas negara secara keseluruhan. Di negara-negara tersebut, siswa menghabiskan waktu di sekolah hingga sore hari. Sekolah tidak hanya dipandang sebagai tempat akademik, tetapi sekolah lebih banyak difungsikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan dan pembentukan karakter manusia melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

Dilain sisi, sejumlah teriakan pihak menyebut kebijakan tersebut justru akan membuat siswa tertekan, karena jam pelajar yang dipadatkan seharian penuh mulai dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Tekanan psikologis ini akan berakibat fatal bagi tumbuh kembang sang anak. Psikologis siswa akan tertekan dan stress terutama bagi siswa yang hanya memiliki lingkungan sekolah sempit tidak memiliki lahan terbuka hijau. Hal ini tidak bisa lepas dari kenyataan masih banyaknya mayoritas lembaga pendidikan di Indoensia yang mengalami keterbatasan dalam banyak aspek, baik aspek tenaga pendidik, sarana prasarana, dan infrastruktur yang ada. Kondisi fasilitas yang serba terbatas ini merupakan fenomena kebanyakan lembaga pendidikan yang ada di negeri ini Selain tekanan psikologis juga dapat menghilangnya masa bermain anak di luar sekolah.  Alhasil, kebijakan sekolah lima hari ini tak lain sebagai wajah lain dari program full day school yang sempat diwacanakan Kemendikbud namun banyak ditolak oleh berbagai pihak.

Terlepas dari pro dan kontra kebijakan ini dengan realisasi didepan mata, yang jelas kita patut memastikan bahwa  kebijakan program pendidikan lima hari telah melalui pengkajian secara komprehensif dan sangat hati-hati melalui proses yang panjang. Sehingga dampak negatifnya tidak memperunyam kekacauan pendidikan nasional kita.

Dengan sekolah lima hari penuh dimulai dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Lalu yang kita tanyakan itu berarti akan mematikan lembaga pendidikan Diniyah Ta’miliyah Awaliyah (DTA), yang selama ini telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam membekali anak memahami dasar dasar ajaran agama.  Selama ini banyak diantara anak-anak di daerah yang menggunakan waktu siangnya untuk melanjutkan belajar agama di Madrasah yang umum nya dimulai pukul 14.00 siang hingga 16.00 sore. 
Peranan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berfokus pada penekanan pemahaman agama telah terbukti sedikit banyaknya turut membentuk karakter religisus siswa. Jika program sekolah 5 hari itu diterapkan hingga sore hari maka jelas sulit bagi anak-anak untuk mengikuti sekolah madrasah yang sudah kelelahan mengikuti pendidikan formal dari pagi hingga sore hari. Persoalan inilah kiranya yang perlu mendapat penjelasan dari hasil kajian komprehensif kebijakan program 5 hari sekolah, selain aspek masalah lainnya.

Selain itu yang harus dipikirkan adalah bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta semata, tetapi juga terdiri dari berbagai daerah yang masih belum merata dalam banyak kualitas kehidupannya, terutama dalam hal ekonomi. Jika program sekolah lima hari diterapkan maka tentunya uang jajan siswa semakin bertambah, sebab siswa harus menghabiskan waktunya seharian di sekolah yang tentunya mengharuskan uang jajan ekstra dari orang tua. Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit seperti saat ini diharapkan tidak menjadi kendala bagi siswa miskin yang mengalami keterbatasan sisi ekonomi orantuanya. 

Jika memang nantinya kebijakan sekolah lima hari ini tetap dilaksanakan oleh Kemendikbud, bagaimanapun kita harus optimis dan semua pihak untuk menyambut kebijakan ini dengan menyiapkan segala sesuatunya. Kita optimis bahwa kebijakan ini adalah solusi dan trobosan yang baik untuk perbaikan dunia pendiidkan nasional kita. Pada awal mulanya mungkin kebijakan ini akan mendapat banyak tantangan dan terasa pahit diterima, tetapi semoga dengan berjalannya waktu kebijakan ini dapat menjadi solusi perbaikan pendidikan Indonesoia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar