Hari minggu (24/7) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB-NU) mengadakan Rapat Pleno di Pesantren Khas Kempek kabupten Cirebon dengan menggambil tema “Meneguhkan Islam Nusantara dalam Meningkatkan Kemandirian Warga”. NU sebagai organisasi sosial masyarakat terbesar dan memiliki jaringan yang luas sangat memiliki peran penting dalam memberikan kesadaran kepada anggota dan seluruh warga NU akan pentingnya kemandirian ekonomi. Kenyataan yang ada kita jujur akui bahwa hampir sebgaian besar penduduk miskin Indonesia (terutama di jawa) didominasi oleh warga NU yang berada di desa-desa atau perkampungan.
Adalah sangat tepat dan strategis tema
besar yang di usung oleh Rapat Pleno PB NU yang menyoal dan mengajak
peningkatan kemandirian ekonomi warga. Bagaimana NU sebagai organisasi
kemasyarakatan yang besar menjadi gerakan pemberdayaan dan penyadaran akan
pentingnya peningkatan kualitas drajat ekonomi kepada warganya. Warga NU di
abad 21 dan era globalisasi ini dituntut tidak hanya memiliki mental bertasbih
dan berpasrah terhadap kemiskinan, akan tetapi bagaimana memiliki etos adan
kesadaran kemandirian ekonomi yang kuat. Hidup sejahtera tidak hanya
terpenuhinya unsur spiritual semata, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan ukhrawi
yang tidak bisa dinafikan.
Apa yang diusung presiden Jokowi
membangun Indonesia dari pinggiran, dari desa-desa dan dicanangkannya gerakan
revolusi mental adalah sangat tepa dan cocok dengan tema besar yang diusung PB
NU kali ini yakni “membangun kemandirian ekonomi warga”. NU dengan organisasi
yang memiliki basis kuat di plosok desa sejatinya harus memosisikan sebagai
mitra strategis pemerintah dalam membangun Indonesia dari desa. Program
penyaluran dana desa yang cukup besar, kredit rakyat dan program pro usaha
rakyat lainnya bagaimana dikawal dan dipastikan berjalan tepat sasaran di
desa-desa. Usaha UKM yang banyak tumbuh dan berkembang di desa-desa adalah
sasaran utama.
Sebenarnya, yang lebih penting dari
makna tema yang diusung PBNU adalah bagaimana memberikan kesadaran dan
pembentukan etos atau mental berusaha meningkatkan kualitas kesejahteraan
ekonomi kepada warga NU. Penumbuhan dan pembentukan etos saudagar justru lebih
utama yang harus ditumbuhkan terlebih dahulu. Para kiyai NU yang tersebar di
plosok desa-desa bagaimana dalam ceramah-ceramahnya memberikan motivasi akan
pentingnya kemandirian ekonomi dalam islam. Islam adalah agama yang sangat
mementingkan aspek kemandirian ekonomi bagi pemeluknya. Tidak benar jika islam
adalah ajaran yang mengajak pemeluknya untuk miskin dan pasrah pada nasib.
Justru islam adalah ajaran pembentukan saudagar.
Pembentukan etos kemandirian ekonomi
warga adalah tak lain dari gagasan “revolusi mental” presiden Jokowi. Pencanangan tema kemandirian ekonomi warga
yang lebih menohok pada kesadaran etos berwirausaha atau berdikari dalam
ekonomi sesungguhnya adalah bagian dari geerakan revolusi mental. Namun
sayangnya, hingga hari ini program gerakan revolusi mental yang dicanangkan
Jokowi masih amat “bias” dan tidak jelas bentuknya. Hanya sebatas tataran
wacana, meski sesungguhnya gagasan gerakan revolusi mental ini sangat bagus dan
revolusioner untuk pembangunan atau
perubahan sosial bangsa Indonesia yang berdikari dalam bidang ekonomi, politik
dan budaya.
Disinilah tugas NU, bagaimana gagasan
peningkatan kemandirian ekonomi warga itu dijadikan sebagai agenda gerakan
revolusi mental warga NU. Hari ini kita memimpikan NU sebagai tempat lahirnya
saudagar-saudagar yang shaleh yang akan menopang kemandirian ekonomi ummat dan
bangsa. Warga NU memilki etos dan kesadaran yang kuat dalam membangun
kesejahteraan ekonominya. Dari tema yang diusung Rapat Pleno PBNU kali ini
harus menjadi titik balik sejarah khitto NU. NU sebagai organisasi yang
didalamnya menjadi tempat persemaian mekar dan tumbuhnya jiwa-jiwa saudagar.
Disinilah titik balik revolusi sejarah NU.
Inilah trobosan besar dan kontribusi
besar NU di abad 21, dimana NU tidak hanya berhasil menjaga Indonesia dari
pertengkaran perbedaan. Yakni dimana selama ini warga NU memiliki etos
moderatisme, yang tidak kanan atau tidak kiri, NU mengajarkan jalan tengah
dalam melihat sesuatu dengan sikap toleransi. Tetapi juga agenda di era digital
dan era revolusi industri ke empat ini NU menjadi lumbung besar lahirnya saudagar
muslim Indonesia.
Kita mendukung tema “Meneguhkan islam
nusantara dalam meningkatkan kemandirian ekonomi warga” tidak hanya mengudara
sebata wacana yang teronggok di peti kepentingan politik sesaat. Tetapi tema
ini memang benar berangkat dari nurani, gagasan dan kemauan transformative yang
membumi di masa depan. Kepada warga nadyin, Selamat menjalankan rapat pleno
PBNU.
Artikel ini diterbitkan (dimuat) oleh Harian Kabar Cirebon edisi 26 Juli 2016 di Halaman Rubrik Opini.
Berikut gambar edisi Cetak Harian Kabar Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar