Selasa, 15 September 2015

Yang Tersemat di Pundak Menteri Baru Jokowi



Oleh: WAHYUDI

Kok diganti dan dirombak?. Keputusan presiden Jokowi tentang perombakan Kabinet pada hari Rabu 12 Agustus lalu menuai banyak pro, kontra dan kritik. Sebagian ada yang mengkritik mengapa agenda perombakan Kabinet tersebut baru dilakukan sekarang? Sedangkan keadaan sudah terlanjur bikin kesal para pelaku pasar dan masyarakat luas sejak beberapa bulan akhir ini.

Ya, betapa tidak kesal,  kondisi ekonomi yang terus bergejolak dan tidak menentu membuat geram banyak kalangan, terutama pelaku pasar. Harga komoditas pangan yang terus bergejolak, diawali oleh harga beras yang merangkak naik, lalu diikuti oleh komoditas lain seperti bawang merah, cabe rawit, daging ayam potong dan terakhir harga daging sapi yang semakin mahal membuat pusing banyak orang.

Begitu kompleksnya persoalan yang mengepung pereknomian, dari dalam mapun luar negeri. Dari luar negeri, tekanan eksternal yang bersumber dari kebijakan moneter AS dan pelemahan ekonomi Negara tujuan utama ekspor, diperumit lagi oleh devaluasi mata uang Tiongkok. Di dalam Negeri, pelemahan ekonomi domestik diperkirakan masih terus berlanjut hingga akhir tahun. Nyaris seluruh kompenen penyumbang PDB mengalami tekanan, termasuk ekspor, investasi, konsumsi domestik. Sementara belanja pemerintah yang satu-satunya bisa diharapkan sebagai prime mover ekonomi belum optimal, baik karena problem teknis maupun kapasitas birokrasi.

            Jelaslah persoalan ekonomi yang begitu kompleks, beruntut dan berkepanjangan itu bikin kesal banyak kalangan, lantaran pemerintah yang menjadi harapan masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi justru menorehkan rapor merah kinerja sembilan bulan pertama pemerintahan, terutama di sektor ekonomi. Rizal Ramli memberi sinyal bahwa ekonomi kita sudah lampu merah. Lalu bagamana nasib kedepan?. 

Keputusan Presiden melakukan perombakan Kabinet segera disambut respon pasar yang terlanjur dingin dan munculnya reaksi negative pasar yang ditunjukan oleh melemahnya indeks saham dan rupiah. Keadaan demikian akhirnya menjadi perbaikan nasib bangsa ini sepenuhnya ada di pundak formasi baru Kabinet Kerja di bidang ekonomi. Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Dwisuryo Indroyono, Thomas Lembong menjabat Menko Perdagangan menggantikan Rahmat Gobel, Menko Perokonomian di pimpin oleh Darwin Nasution menggantikan Sofyan Jalil, Kepala Bapenas di jabat oleh Sofyan Jalil menggantikan Andrinof Chaniago, Luhut B. Panjaitan sebagai Menko Polhukam dan Pramono Anung sebagai Seskab.

AGENDA PERBAIKAN EKONOMI
       Jangan sampai reaksi negativ pasar berkelanjutan yang bisa berujung pada mosi tidak percaya ke pemerintah, apapun penilaian dan respon pasar terhadap formasi baru di tubuh Kabinet dan terpuruknya kondisi ekonomi jangan dibuat pesimis, karena masih tersisah harapan masyarakat dan sekarang harapan yang begitu tinggi itu menjadi tanggungjawab pemerintah untuk dikelolah dengan baik, terutama oleh nama-nama baru yang menduduki formasi Kabinet baru di bidang ekonomi. Inilah pentinganya mengelola harapan pasar dan rakyat. 
 
Arah kebijakan yang jelas juga sangat ditunggu oleh masyarakat luas, kebijakan yang tidak hanya berhenti di meja dan roda birokrasi, yang ditunggu adalah kebijakan yang berjalan dilapangan. Peran birokrasi dalam merealisasikan kebijakan yang meralitas di lapangan menjadi salah satu kunci, karena selama ini, menurut banyak ulasan terkait persoalan ini bahwa banyak kebijakan yang berjalan dilapangan tetapi tidak diikuti oleh kerjasama tim yang solid dan lemahnya kordinasi di pemerintahan. Jawabannya, dibutuhkan sumberdaya manusia di birokrasi dan pemerintahan  yang bekerja cepat, kreatif, reponsif dalam menyelesaikan persoalan, bukan birokrasi yang larut dan tenggelam dalam persoalan dan kemelut politik yang tidak menguntungkan. 

Tantangan yang menghadang didepan mata bukan sebatas menjawab bagaimana agar kita bisa keluar dari kepungan kondisi ekonomi yang membelit, lebih jauh dari itu adalah membuat fondasi ekonomi yang lebih kuat untuk keberlanjutan pertumbuhan bidang ekonomi kedepan. Pilihan yang tetrsedia, yang menurut banyak kalangan adalah belanja pemerintah di sektor infrastruktur yang diyakini dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Namun tetap saja sebelum menagmbil pilhan yang tersedia diatas, terlebih dahulu perlu adanyaa trobosan jitu dan cerdas untuk mengatasi kendala yang ada. Trobosan dan jurus jitu itu kita tunggu saja datangya dari menteri baru Kabinet Kerja.

KUNCI YANG TERSEDIA
        Ya, kuncinya ada di kepemimpinan dan sumberdya manusia yang menjadi inti penggerak birokrasi dan pemerintahan, apapun dan bagaimanapun model jurusnya, jika kepemimpinan dan sumberdaya manusianya buruk maka pencapaian kondisi yang lebih baik hanya menjadi impian belaka. Menurut penulis, kuncinya ada di ketegasan, integritas dan komitmen kepemimpinan. Tak hanya itu, dalam kondisi yang tidak disukai banyak orang ini, terutama oleh para pelaku pasar, Kabinet beserta kapasitas birokrasi yang baik musti responsif dan cepat dalam menjawab situasi global dan domestik yang kian tak bersahabat.
 
Idealnya, dibutuhkan pribadi professional dan berkemampuan dalam menyelesaikan tantangan yang menjadi bidang pengabdian profesionalnya. Bukan sumberdaya manusia yang tidak memiliki kompetensi dan komitmen yang menjadi tanggungjawab dan bidang kerjanya. N. Syamsudin CH. Haesy (2009) menuliskan sekilas bahwa  kualitas pribadi yang menjadi pilar kualitas Institusi. Sumberdaya manusia dengan pengetahuan, nilai dan kompetensi yang dimilikinya harus merupakan pribadi yang bertanggungjawab dan tindakannya (kinerjanya) dapat dipertanggungjawabkan. Sumberdaya manusia seperti ini mempunyai komitmen yang kuat terhadap perubahan yang lebih baik.

Sosok menteri baru di bidang ekonomi ini dinilai sudah tidak asing bagi masyarakat dan pelaku pasar. Kendati demikian, kinerja mereka masih perlu diuji. Masyarakat juga musti mengawasi dengan ketat, khususnya terkait dengan tindakan dan keputusan yang dibuat para Menteri itu. Apalagi, saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan berupa kepungan tekanan ekstenal ke perekonomian dalam Negeri. (Harian Kompas, 14/08/2015 Hal. 15).


OPTIMISTIS

Sekalipun mendapat respon negativ dari pasar dan terlepas dari sikap kontra, namun ada sambutan optimsitis yang datang dari pandangan pengamat dan bebrapa kalangan tertentu pada umumnya menilai formasi baru Kabinet ekonomi lebih baik dari yang sebelumnya.

          Keputusan Presiden melakukan perombakan formasi Kabinet Kerja pada hari rabu 12 Agustus lalu dengan menganti dua menteri koordinator dan tiga menteri strategis dianggap langkah tepat yang seharusnya sudah dilakukan sejak lalu, sebagai pilihan yang tersedia dalam menjawab keraguan publik terhadap Kabinet sebelumnya yang menorehkan rapor merah kinerja ditengah terpuruknya kondisi ekonomi.

            Harapan dan optimism rakyat kini sepenuhnya tersemat di pundak Kabinet bidang ekonomi yang baru saja diangkat langsung oleh Presiden Jokowi. Tentu saja kita musti optimis terhadap nama-nama baru di Kabinet tersebut yang dianggap mampu memperbaiki kondisi ekonomi.

            Dengan tetap optimis dan harapan banyak kalangan, semoga periode ekonomi yang tak bersahabat ini dapat dilalui dengan mulus tanpa ada gejolak yang berarti. Dimana para pemimpin bangsa ini, terutama yang bertanggungjawab di bidang ekonomi syogiyanya terus memetakan keadaan dan diatasi dengan cara-cara jujur dan cerdas. Pemimpin bangsa ini juga harus tetap mengedepankan rasa jujur dan cerdas, dalam artian bahwa jujur melihat situasi rakyatnya yang mengalami masa kesulitan ekonomi dan cerdas dalam mengabil prioritas untuk memperbaiki kesulitan  tersebut.

            Apapun persoalan yang membelit negeri ini, kita harus yakin dan optimis bahwa berdasar sunatullah negeri yang sedang menuju pada kemajuan dan kehebatannya harus melewati masa-masa sulit dan membelit. Mengutip tulisan Ishak Rafick (2007), negeri ini belum lagi memasuki masa senjanya. Masih banyak pristiwa yang sedang dan akan berlangsung  di negeri dengan 17 ribu pulau ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar