Oleh: WAHYUDI
Kok
diganti dan dirombak?. Keputusan presiden Jokowi tentang perombakan Kabinet
pada hari Rabu 12 Agustus lalu menuai banyak pro, kontra dan kritik. Sebagian
ada yang mengkritik mengapa agenda perombakan Kabinet tersebut baru dilakukan
sekarang? Sedangkan keadaan sudah terlanjur bikin kesal para pelaku pasar dan
masyarakat luas sejak beberapa bulan akhir ini.
Ya,
betapa tidak kesal, kondisi ekonomi yang
terus bergejolak dan tidak menentu membuat geram banyak kalangan, terutama
pelaku pasar. Harga komoditas pangan yang terus bergejolak, diawali oleh harga
beras yang merangkak naik, lalu diikuti oleh komoditas lain seperti bawang
merah, cabe rawit, daging ayam potong dan terakhir harga daging sapi yang
semakin mahal membuat pusing banyak orang.
Begitu
kompleksnya persoalan yang mengepung pereknomian, dari dalam mapun luar negeri.
Dari luar negeri, tekanan eksternal yang bersumber dari kebijakan moneter AS
dan pelemahan ekonomi Negara tujuan utama ekspor, diperumit lagi oleh devaluasi
mata uang Tiongkok. Di dalam Negeri, pelemahan ekonomi domestik diperkirakan
masih terus berlanjut hingga akhir tahun. Nyaris seluruh kompenen penyumbang
PDB mengalami tekanan, termasuk ekspor, investasi, konsumsi domestik. Sementara
belanja pemerintah yang satu-satunya bisa diharapkan sebagai prime mover ekonomi belum optimal, baik
karena problem teknis maupun kapasitas birokrasi.
Jelaslah
persoalan ekonomi yang begitu kompleks, beruntut dan berkepanjangan itu bikin
kesal banyak kalangan, lantaran pemerintah yang menjadi harapan masyarakat
untuk memperbaiki kondisi ekonomi justru menorehkan rapor merah kinerja
sembilan bulan pertama pemerintahan, terutama di sektor ekonomi. Rizal Ramli memberi
sinyal bahwa ekonomi kita sudah lampu merah. Lalu bagamana nasib kedepan?.
Keputusan
Presiden melakukan perombakan Kabinet segera disambut respon pasar yang
terlanjur dingin dan munculnya reaksi negative pasar yang ditunjukan oleh
melemahnya indeks saham dan rupiah. Keadaan demikian akhirnya menjadi perbaikan
nasib bangsa ini sepenuhnya ada di pundak formasi baru Kabinet Kerja di bidang
ekonomi. Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Dwisuryo Indroyono,
Thomas Lembong menjabat Menko Perdagangan menggantikan Rahmat Gobel, Menko
Perokonomian di pimpin oleh Darwin Nasution menggantikan Sofyan Jalil, Kepala
Bapenas di jabat oleh Sofyan Jalil menggantikan Andrinof Chaniago, Luhut B.
Panjaitan sebagai Menko Polhukam dan Pramono Anung sebagai Seskab.
AGENDA PERBAIKAN EKONOMI
Jangan
sampai reaksi negativ pasar berkelanjutan yang bisa berujung pada mosi tidak
percaya ke pemerintah, apapun penilaian dan respon pasar terhadap formasi baru di
tubuh Kabinet dan terpuruknya kondisi ekonomi jangan dibuat pesimis, karena
masih tersisah harapan masyarakat dan sekarang harapan yang begitu tinggi itu
menjadi tanggungjawab pemerintah untuk dikelolah dengan baik, terutama oleh
nama-nama baru yang menduduki formasi Kabinet baru di bidang ekonomi. Inilah
pentinganya mengelola harapan pasar dan rakyat.
Arah
kebijakan yang jelas juga sangat ditunggu oleh masyarakat luas, kebijakan yang
tidak hanya berhenti di meja dan roda birokrasi, yang ditunggu adalah kebijakan
yang berjalan dilapangan. Peran birokrasi dalam merealisasikan kebijakan yang
meralitas di lapangan menjadi salah satu kunci, karena selama ini, menurut
banyak ulasan terkait persoalan ini bahwa banyak kebijakan yang berjalan
dilapangan tetapi tidak diikuti oleh kerjasama tim yang solid dan lemahnya
kordinasi di pemerintahan. Jawabannya, dibutuhkan sumberdaya manusia di birokrasi
dan pemerintahan yang bekerja cepat,
kreatif, reponsif dalam menyelesaikan persoalan, bukan birokrasi yang larut dan
tenggelam dalam persoalan dan kemelut politik yang tidak menguntungkan.
Tantangan
yang menghadang didepan mata bukan sebatas menjawab bagaimana agar kita bisa
keluar dari kepungan kondisi ekonomi yang membelit, lebih jauh dari itu adalah
membuat fondasi ekonomi yang lebih kuat untuk keberlanjutan pertumbuhan bidang
ekonomi kedepan. Pilihan yang tetrsedia, yang menurut banyak kalangan adalah
belanja pemerintah di sektor infrastruktur yang diyakini dapat memacu
pertumbuhan ekonomi. Namun tetap saja sebelum menagmbil pilhan yang tersedia
diatas, terlebih dahulu perlu adanyaa trobosan jitu dan cerdas untuk mengatasi
kendala yang ada. Trobosan dan jurus jitu itu kita tunggu saja datangya dari
menteri baru Kabinet Kerja.
KUNCI YANG TERSEDIA
Ya,
kuncinya ada di kepemimpinan dan sumberdya manusia yang menjadi inti penggerak
birokrasi dan pemerintahan, apapun dan bagaimanapun model jurusnya, jika
kepemimpinan dan sumberdaya manusianya buruk maka pencapaian kondisi yang lebih
baik hanya menjadi impian belaka. Menurut penulis, kuncinya ada di ketegasan,
integritas dan komitmen kepemimpinan. Tak hanya itu, dalam kondisi yang tidak
disukai banyak orang ini, terutama oleh para pelaku pasar, Kabinet beserta
kapasitas birokrasi yang baik musti responsif dan cepat dalam menjawab situasi
global dan domestik yang kian tak bersahabat.
Idealnya,
dibutuhkan pribadi professional dan berkemampuan dalam menyelesaikan tantangan
yang menjadi bidang pengabdian profesionalnya. Bukan sumberdaya manusia yang
tidak memiliki kompetensi dan komitmen yang menjadi tanggungjawab dan bidang
kerjanya. N. Syamsudin CH. Haesy (2009) menuliskan sekilas bahwa kualitas pribadi yang menjadi pilar kualitas
Institusi. Sumberdaya manusia dengan pengetahuan, nilai dan kompetensi yang
dimilikinya harus merupakan pribadi yang bertanggungjawab dan tindakannya
(kinerjanya) dapat dipertanggungjawabkan. Sumberdaya manusia seperti ini
mempunyai komitmen yang kuat terhadap perubahan yang lebih baik.
Sosok
menteri baru di bidang ekonomi ini dinilai sudah tidak asing bagi masyarakat
dan pelaku pasar. Kendati demikian, kinerja mereka masih perlu diuji.
Masyarakat juga musti mengawasi dengan ketat, khususnya terkait dengan tindakan
dan keputusan yang dibuat para Menteri itu. Apalagi, saat ini Indonesia tengah
menghadapi tantangan berupa kepungan tekanan ekstenal ke perekonomian dalam
Negeri. (Harian Kompas, 14/08/2015
Hal. 15).
OPTIMISTIS
Sekalipun
mendapat respon negativ dari pasar dan terlepas dari sikap kontra, namun ada
sambutan optimsitis yang datang dari pandangan pengamat dan bebrapa kalangan
tertentu pada umumnya menilai formasi baru Kabinet ekonomi lebih baik dari yang
sebelumnya.
Keputusan Presiden melakukan perombakan
formasi Kabinet Kerja pada hari rabu 12 Agustus lalu dengan menganti dua
menteri koordinator dan tiga menteri strategis dianggap langkah tepat yang
seharusnya sudah dilakukan sejak lalu, sebagai pilihan yang tersedia dalam menjawab
keraguan publik terhadap Kabinet sebelumnya yang menorehkan rapor merah kinerja
ditengah terpuruknya kondisi ekonomi.
Harapan
dan optimism rakyat kini sepenuhnya tersemat di pundak Kabinet bidang ekonomi
yang baru saja diangkat langsung oleh Presiden Jokowi. Tentu saja kita musti
optimis terhadap nama-nama baru di Kabinet tersebut yang dianggap mampu
memperbaiki kondisi ekonomi.
Dengan
tetap optimis dan harapan banyak kalangan, semoga periode ekonomi yang tak
bersahabat ini dapat dilalui dengan mulus tanpa ada gejolak yang berarti.
Dimana para pemimpin bangsa ini, terutama yang bertanggungjawab di bidang
ekonomi syogiyanya terus memetakan keadaan dan diatasi dengan cara-cara jujur
dan cerdas. Pemimpin bangsa ini juga harus tetap mengedepankan rasa jujur dan
cerdas, dalam artian bahwa jujur melihat situasi rakyatnya yang mengalami masa kesulitan
ekonomi dan cerdas dalam mengabil prioritas untuk memperbaiki kesulitan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar