Oleh : WAHYUDI
Indonesia menuju ke perangkap masa
sulit yang membuat khawatir banyak kalangan, terutama para pelaku pasar. Ini pernyataan yang tidak mengada-ada. Ada gejala
apa yang membuat khawatir? Kepungan eksternal dan gejolak domestik yang tak
bersahabat membuat geger banyak kalangan. Berbagai media dan ahli ekonomi
memasang sinyal akan adanya kepungan eksternal yang datang dari Negeri Kungfu
dan Negeri Paman Sam yang memiliki dampak bagi perekonomian domestik. Ada
kejadian diluar Negeri sana, dimana Negeri cina itu menggunakan jurus Kungfu
untuk menjawab kecemasan para analis ekonomi dunia.
Memangnya apa yang terjadi? Dahlan
Iskan menulis; saat ini Tiongkok berhadapan dengan musuh ekonominya yang sangat
sulit diatasi; jebakan hutang. Ternyata tiongkok cerdas, rupanya jalan yang
ditempuh dari kesulitan yang menjebak itu dengan cara devaluasi mata uang yuan
hampir 2 persen. itulah jurus kungfu yang dimainkan. Ramalan dari ahli bahwa
cina akan hancur menjadi sirna.
Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?
Mengutip komentar Menko Perekonomian Darmin Nasution; Indonesia memiliki
hubungan ekonomi (financial) yang
kuat dengan luar negeri sehingga rentan gejolak global, saat ini nilai rupiah
akan tertekan terus.
Sekalipun demikian, diharapkan ekonomi
Indonesia tidak terkena dampak negativ dari kebijakan finansial Negara lain.
Pasalnya, Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, diperkirakan
menjadi sasaran empuk pertarungan Negara-negara lain, seperti Tiongkok dan
Jepang dalam memasarkan produk mereka. (Harian
Kompas, 14/08/15, Hal. 15).
Negeri Paman Sam, AS, yang mata uangnya
banyak digunakan oleh orang Indonesia dalam Negeri tiba-tiba terus menaikan
suku bunganya, tentu ini menjadikan rupiah terus melemah terhadap Dolar AS.
Jika terus begini tentu ujung yang tak dinginkan adalah defisit transaksi
berjalan, apalagi ekspor terus melemah. Cadangan devisa kita? Inilah salah satu
persoalan yang tak dinginkan. Harus ada strategi besar agar Indonesia tidak
menjadi korban dari peperangan Negera-negara lain.
Namun, tak berhenti disitu, ekonomi
dalam Negeri juga sedang ribut, kendati tidak semuanya ikut rebut dan pusing;
karena masih ada banyak Korporasi dalam negeri yang berhasil mengibarkan
benderanya diluar negeri; alias masih eskpor dan digunakan jasanya diluar
negeri. Sebut saja produk kosmetik Sri Ayu dari Martha Tilaar Group dan Wika
(persero) yang poroduk dan jasanya bagus diluar negeri. Namun kontribusi
korporasi tersebut tidak sebanding dengan keadaan ekonomi yang bikin kesal
banyak rakyat miskin berpendapatan rendah dan pelaku pasar dalam negeri yang
peranan mereka cukup siginifikan dalam perekonomian Nasional.
Yang terlihat dan dirasakan dilapangan,
yakni persoalan day to day yang
dihadapi rakyat, terutama melemahnya daya beli, rakyat sudah sejak lama
dirisaukan oleh situasi yang tidak senangi, jauh dari harapan, sebuah harapan
lebih baik ketika rakyat menaruh kepercayaan dan harapan pada pemerintah
terpilih. Daya beli rakyat melemah, diawali naiknya harga BBM, harga-harga
komoditas yang terus bergejolak, ada ribuan karyawan yang kena PHK, melemahnya
indeks saham sehari setelah perombakan kabinet dan terakhir tingginya harga
daging sapi yang tak kunjung tertangani. Ini persoalan day to day yang dihadapi
langsung oleh rakyat, bagaimana rakyat tidak kesal? Persoalan ini sepertinya
beruntut.
Sembilan bulan itu periode yang
panjang, justru rapor merah yang ditorehkan pemerintah Sembilan bulan pertama.
Publik pun resah menuntut Presiden Jokowi agar cepat mengambil kebijakan,
akhirnya Presiden Jokowi mengambil keputusan melakukan perombakan Kabinet, ada
nama-nama baru yang menduduki menteri bidang ekonomi, sosok menteri baru ini
sudah lama dikenal rakyat dan tidak diragukan pasar, hingga proses
pengangkatannyapun tidak dipriksa oleh institusi KPK, rekam jejaknya bagus.
Pengamat dan ahli ekonomi berpandangan bahwa sosok baru ini lebih baik dari
yang sebelumnya
Respon yang bernada lain; mengapa
keputusan tepat itu baru diambil presiden? Kenapa tidak diambil cepat dari
awal? Sedangkan keadaan yang membuat sesak nafas itu sudah terlanjur bikin
kesal rakyat miskin dan pelaku pasar. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli
Zon juga menyayangkan bahwa Keputusan presiden itu terlambat, karena ekonomi
Indonesia sudah memasuki masa keterpurukan. Keputusan perombakan Kabinet
(12/08) juga disambut dingin oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan oleh
melemahnya indeks saham dan rupiah.
Namun, reaksi pasar ini berkebalikan
dengan sambutan dan pandangan kalangan
pengamat pada umumnya yang melihat formasi menteri baru tersebut lebih baik
dari sebelumnya. Lalu bagaimana? Pemerintah harus bisa meyakinkan pasar dan
mengelolah harapan rakyat dengan baik, ini pilihan yang tersedia (menurut
penulis), terlepas dari pro dan kontra, penulis juga optimis dan percaya pada
sosok baru yang menduduki jabatan Kabinet di bidang ekonomi tersebut. Kapabilitas,
komitmen dan pengelaman mereka tak diragukan, namun tidak cukup dengan itu,
musti ada kerjasama yang solid antar instansi pemerintahan.
KELUAR DARI PERANGKAP
Indonesia masuk ke perangkap periode
suram ekonomi? Pertanyaan ini tidak mengada-ada, bila tidak cepat menyadari
arah perkembangan ini, bukan tidak mungkin, Indonesia akan masuk perangkap
krisis ekonomi yang membelit dan butuh waktu lama untuk memulihkannya, ini masa
depan suram yang tidak dinginkan. Syogiyanya kita sadar, peka dan cepat
menangkap setiap gejala yang sudah nyata membuat ekonomi dalam negeri terpuruk,
apalagi gejala ini sudah lama berjalan.
Cara untuk keluar dari perangkap itu
menjadi urgen untuk ditangani. Selalu banyak jalan yang tersedia untuk keluar
dari perangkap. Mengambil jalan dan langkah prioritas, dengan pertimbangan yang
matang, melihat potensi yang bisa dijadikan andalan, pilihan skala prioritas
mana yang mesti diambil. Terutama mengeluarkan rakyat miskin dari belitan
persoalan ekonomi day to day yang
dihadapi. Gejolak harga pangan dan lemahnya daya beli sebagai persoalan yang
dekat dihadapi rakyat. Dengan kepemimpinan yang komitmen dan tegas. Kinerja
birokrasi yang baik dengan kordinasi yang solid antar instansi pemerintahan,
jalan terang menunggu didepan.
Darmin Nasution, Menko Perekonomian
yang memimpin tim ekonomi diharapkan oleh banyak kalangan agar bisa meyakinkan
pasar dalam mengendalikan kondisi ekonomi. Ada beberapa pernyataan penting
Darmin Nasutiaon, menyangkut tiga langkah prioritas jangka pendek yang ia ambil
untuk mengatasi kondisi ekonomi; pertama,
mengatasi persoalan pangan yang menyangkut banyak aspek komoditas, termasuk
beras, daging dan el Nino. Kedua,
menyangkut APBN, langkah yang akan diambil soal percepatan pengeluaran dan
menggenjot pendapatan, dan Ketiga,
Investasi luar yang harus didorong untuk
masuk ke dalam Negeri untuk menjawab situasi seperti ini. Darmin berpendapat
bahwa kinerja ekspor sedang menurun sehingga daya dorongnya kecil, perlu
investasi dari luar masuk.
Persoalan lain yang bersifat makro,
seperti defisit pemerintah, defisit transaksi berjalan, industri perbankan dan
keuangan juga menjadi sektor yang penting untuk mendapat perhatian utama dari
berbagai pihak, terutama hubungannya dengan sector ril. Maka perlu adanya
strategi besar yang harus disiapkan oleh pemerintah dan adanya bahu membahu
antar seluruh pihak yang berkepentingan, terutama para pengusaha dan Korporasi.
HUKUM MENJADI NEGARA MAJU DAN KAYA
Penulis
setuju dengan apa yang ditulis oleh Dahlan Iskan di harian Radar Cirebon
(13/08/15 Hal.1), bahwa untuk menjadi Negara maju dan kaya harus melewati masa konsolidasi yang sulit
dan menyakitkan. Ia mengambil contoh yang dialami Jepang, sebelum Negara itu
maju dan kaya seperti sekarang ini,
pertumbuhan ekonomi Jepang pernah berhenti selama 20 tahun, sejak tahun
1990-an sampai menjelang 2010 lalu, ekonomi Jepang hanya tumbuh nol persen.
Sedangkan Indonesia saat ini sedang menghadapi periode sulit ekonomi yang
kelasnya lebih renda daripada Jepang. Yaitu jebakan ekonomi kelas menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar