Selasa, 15 September 2015

Peretunjukan Ekonomi yang Menguras Perhatian



Oleh : WAHYUDI
 
Indonesia menuju ke perangkap masa sulit yang membuat khawatir banyak kalangan, terutama para pelaku pasar.  Ini pernyataan yang tidak mengada-ada. Ada gejala apa yang membuat khawatir? Kepungan eksternal dan gejolak domestik yang tak bersahabat membuat geger banyak kalangan. Berbagai media dan ahli ekonomi memasang sinyal akan adanya kepungan eksternal yang datang dari Negeri Kungfu dan Negeri Paman Sam yang memiliki dampak bagi perekonomian domestik. Ada kejadian diluar Negeri sana, dimana Negeri cina itu menggunakan jurus Kungfu untuk menjawab kecemasan para analis ekonomi dunia.

Memangnya apa yang terjadi? Dahlan Iskan menulis; saat ini Tiongkok berhadapan dengan musuh ekonominya yang sangat sulit diatasi; jebakan hutang. Ternyata tiongkok cerdas, rupanya jalan yang ditempuh dari kesulitan yang menjebak itu dengan cara devaluasi mata uang yuan hampir 2 persen. itulah jurus kungfu yang dimainkan. Ramalan dari ahli bahwa cina akan hancur menjadi sirna. 

Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Mengutip komentar Menko Perekonomian Darmin Nasution; Indonesia memiliki hubungan ekonomi (financial) yang kuat dengan luar negeri sehingga rentan gejolak global, saat ini nilai rupiah akan tertekan terus. 

Sekalipun demikian, diharapkan ekonomi Indonesia tidak terkena dampak negativ dari kebijakan finansial Negara lain. Pasalnya, Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, diperkirakan menjadi sasaran empuk pertarungan Negara-negara lain, seperti Tiongkok dan Jepang dalam memasarkan produk mereka. (Harian Kompas, 14/08/15, Hal. 15). 

Negeri Paman Sam, AS, yang mata uangnya banyak digunakan oleh orang Indonesia dalam Negeri tiba-tiba terus menaikan suku bunganya, tentu ini menjadikan rupiah terus melemah terhadap Dolar AS. Jika terus begini tentu ujung yang tak dinginkan adalah defisit transaksi berjalan, apalagi ekspor terus melemah. Cadangan devisa kita? Inilah salah satu persoalan yang tak dinginkan. Harus ada strategi besar agar Indonesia tidak menjadi korban dari peperangan Negera-negara lain.

Namun, tak berhenti disitu, ekonomi dalam Negeri juga sedang ribut, kendati tidak semuanya ikut rebut dan pusing; karena masih ada banyak Korporasi dalam negeri yang berhasil mengibarkan benderanya diluar negeri; alias masih eskpor dan digunakan jasanya diluar negeri. Sebut saja produk kosmetik Sri Ayu dari Martha Tilaar Group dan Wika (persero) yang poroduk dan jasanya bagus diluar negeri. Namun kontribusi korporasi tersebut tidak sebanding dengan keadaan ekonomi yang bikin kesal banyak rakyat miskin berpendapatan rendah dan pelaku pasar dalam negeri yang peranan mereka cukup siginifikan dalam perekonomian Nasional.

Yang terlihat dan dirasakan dilapangan, yakni persoalan day to day yang dihadapi rakyat, terutama melemahnya daya beli, rakyat sudah sejak lama dirisaukan oleh situasi yang tidak senangi, jauh dari harapan, sebuah harapan lebih baik ketika rakyat menaruh kepercayaan dan harapan pada pemerintah terpilih. Daya beli rakyat melemah, diawali naiknya harga BBM, harga-harga komoditas yang terus bergejolak, ada ribuan karyawan yang kena PHK, melemahnya indeks saham sehari setelah perombakan kabinet dan terakhir tingginya harga daging sapi yang tak kunjung tertangani. Ini persoalan day to day yang dihadapi langsung oleh rakyat, bagaimana rakyat tidak kesal? Persoalan ini sepertinya beruntut.

Sembilan bulan itu periode yang panjang, justru rapor merah yang ditorehkan pemerintah Sembilan bulan pertama. Publik pun resah menuntut Presiden Jokowi agar cepat mengambil kebijakan, akhirnya Presiden Jokowi mengambil keputusan melakukan perombakan Kabinet, ada nama-nama baru yang menduduki menteri bidang ekonomi, sosok menteri baru ini sudah lama dikenal rakyat dan tidak diragukan pasar, hingga proses pengangkatannyapun tidak dipriksa oleh institusi KPK, rekam jejaknya bagus. Pengamat dan ahli ekonomi berpandangan bahwa sosok baru ini lebih baik dari yang sebelumnya

Respon yang bernada lain; mengapa keputusan tepat itu baru diambil presiden? Kenapa tidak diambil cepat dari awal? Sedangkan keadaan yang membuat sesak nafas itu sudah terlanjur bikin kesal rakyat miskin dan pelaku pasar. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon juga menyayangkan bahwa Keputusan presiden itu terlambat, karena ekonomi Indonesia sudah memasuki masa keterpurukan. Keputusan perombakan Kabinet (12/08) juga disambut dingin oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan oleh melemahnya indeks saham dan rupiah. 

Namun, reaksi pasar ini berkebalikan dengan  sambutan dan pandangan kalangan pengamat pada umumnya yang melihat formasi menteri baru tersebut lebih baik dari sebelumnya. Lalu bagaimana? Pemerintah harus bisa meyakinkan pasar dan mengelolah harapan rakyat dengan baik, ini pilihan yang tersedia (menurut penulis), terlepas dari pro dan kontra, penulis juga optimis dan percaya pada sosok baru yang menduduki jabatan Kabinet di bidang ekonomi tersebut. Kapabilitas, komitmen dan pengelaman mereka tak diragukan, namun tidak cukup dengan itu, musti ada kerjasama yang solid antar instansi pemerintahan.

KELUAR DARI PERANGKAP
Indonesia masuk ke perangkap periode suram ekonomi? Pertanyaan ini tidak mengada-ada, bila tidak cepat menyadari arah perkembangan ini, bukan tidak mungkin, Indonesia akan masuk perangkap krisis ekonomi yang membelit dan butuh waktu lama untuk memulihkannya, ini masa depan suram yang tidak dinginkan. Syogiyanya kita sadar, peka dan cepat menangkap setiap gejala yang sudah nyata membuat ekonomi dalam negeri terpuruk, apalagi gejala ini sudah lama berjalan.

Cara untuk keluar dari perangkap itu menjadi urgen untuk ditangani. Selalu banyak jalan yang tersedia untuk keluar dari perangkap. Mengambil jalan dan langkah prioritas, dengan pertimbangan yang matang, melihat potensi yang bisa dijadikan andalan, pilihan skala prioritas mana yang mesti diambil. Terutama mengeluarkan rakyat miskin dari belitan persoalan ekonomi day to day yang dihadapi. Gejolak harga pangan dan lemahnya daya beli sebagai persoalan yang dekat dihadapi rakyat. Dengan kepemimpinan yang komitmen dan tegas. Kinerja birokrasi yang baik dengan kordinasi yang solid antar instansi pemerintahan, jalan terang menunggu didepan.

Darmin Nasution, Menko Perekonomian yang memimpin tim ekonomi diharapkan oleh banyak kalangan agar bisa meyakinkan pasar dalam mengendalikan kondisi ekonomi. Ada beberapa pernyataan penting Darmin Nasutiaon, menyangkut tiga langkah prioritas jangka pendek yang ia ambil untuk mengatasi kondisi ekonomi; pertama, mengatasi persoalan pangan yang menyangkut banyak aspek komoditas, termasuk beras, daging dan el Nino. Kedua, menyangkut APBN, langkah yang akan diambil soal percepatan pengeluaran dan menggenjot pendapatan, dan Ketiga, Investasi luar yang harus didorong  untuk masuk ke dalam Negeri untuk menjawab situasi seperti ini. Darmin berpendapat bahwa kinerja ekspor sedang menurun sehingga daya dorongnya kecil, perlu investasi dari luar masuk. 

Persoalan lain yang bersifat makro, seperti defisit pemerintah, defisit transaksi berjalan, industri perbankan dan keuangan juga menjadi sektor yang penting untuk mendapat perhatian utama dari berbagai pihak, terutama hubungannya dengan sector ril. Maka perlu adanya strategi besar yang harus disiapkan oleh pemerintah dan adanya bahu membahu antar seluruh pihak yang berkepentingan, terutama para pengusaha dan Korporasi.

HUKUM MENJADI NEGARA MAJU DAN KAYA
            Penulis setuju dengan apa yang ditulis oleh Dahlan Iskan di harian Radar Cirebon (13/08/15 Hal.1), bahwa untuk menjadi Negara maju dan kaya  harus melewati masa konsolidasi yang sulit dan menyakitkan. Ia mengambil contoh yang dialami Jepang, sebelum Negara itu maju dan kaya seperti sekarang ini,  pertumbuhan ekonomi Jepang pernah berhenti selama 20 tahun, sejak tahun 1990-an sampai menjelang 2010 lalu, ekonomi Jepang hanya tumbuh nol persen. Sedangkan Indonesia saat ini sedang menghadapi periode sulit ekonomi yang kelasnya lebih renda daripada Jepang. Yaitu jebakan ekonomi kelas menengah. 

Masa masa sulit yang pernah dan sedang dilalui Indonesia, mungkin bisa jadi, hokum menjadi Negara kaya itu akan berlaku bagi Indonesia, setelah berhasil melewati maasa sulit seperti sekarang ini, gilirannya kita akan menikmati Indonesia sebagai Negara kaya dan sejahtera penduduknya. Namun ingat, apa yang ditulis Dahlan iskan; “kita harus masih mencari jurus untuk mengatasi jebakan kelas menengah kita itu. Kalau berhasil, kita akan bisa terus meraih kemajuan. Kalau gagal, langkah kita akan terhenti. Dan kita akan terbelit dengan persoalan yang memutar-mutar. Bisa berpuluh tahun lamanya”. Akhirnya berhasil atau gagalnya suatu Negara ada di tangan  kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar