ARTI
PENTING MENULIS
(Latar belakang Didirikannya Website Catatan Wahyudi)
Dengan menulis, kita tidak akan
hilang dari sejarah dan ingatan rakyat. Betapa pentingnya catatan bagi sebuah
bangsa, namun sayangnya kesadaran akan pentingnya karya tulis belum diikuti banyaknya
jumlah karya tulis, ini terbukti dengan minimnya jumlah karya tulisan bangsa
ini.
Isi tulisan yang berjudul “Negeri
diatas kertas” sebagaimana yang ditulis oleh Erik R Prabowo (kompas-12/09/15) ada
benarnya juga, dengan judul tulisannya itu ia ingin menyampaikan bahwa jumlah
ijazah dan karya di negeri ini tidak sebanding. Jumlah ijazah pendidikan tinggi
yang banyak itu tidak memberi jaminan bahwa pemegangnya mampu menghasilkan
karya inovatif.
Erik dengan rasa minderya mengutip
kalimat yang berbunyi “orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah” (Premoedya
Ananta Toer). Kutipan kalimat tersebut seperti sindiran atas kelangkaan
karya tulis. Erik menafsirkan kalimat Pramoedya menjadi “buat apa sekolah
tinggi-tinggi jika setelah selesai tak menghasilkan satu pun karya nyata yang
bermanfaat bagi rakyat”.
Disinilah persoalan bangsa kita,
bangsa ini sudah berusia hampir satu abad, 70 tahun sudah. Namun, rupanya waktu
70 tahun itu belum mampu menorehkan bilangan karya-karya peradaban di bidang
keilmuan dan sains yang membanggakan. Berbeda dengan Negara maju, kesadaran akan
pentingnya karya peradaban keilmuan dan sains amatlah tinggi, mereka
membuktikannya dengan banyaknya kegiatan penelitian, menghargai inovasi dan
karya tulis.
Kondisi di Negara maju tersebut amat
jauh kontras dengan negeri kita, jangan bermimpi jumlah kegiatan penelitian di
negeri ini akan meningkat, dunia pendidikan yang menjadi dasar karya peradaban saja
belumlah diberi perhatian serius oleh negara ini. Apalagi soal penelitian dan
karya tulis, jangan berharap lebih.
Jika Negara maju yang amat kapitalis-pun
masih menggratiskan pendidikan warga negaranya, berbeda dengan Negara kita, pendidikan
bangsa kita belumlah terjamin, akses pendidikan menjadi pertanyaan yang belum
terjawab oleh negara sampai saat ini. Buktinya masih banyak anak bangsa yang tidak
dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan hingga jenjang menengah dan
sarjana? Syahdan, janji konstitusi akan mensejahterakan warga negaranya pada
akhirnya hanya menjadi tulisan indah diatas kertas yang lapuk, basi dan tanpa bukti
indah yang dirasakan warga negaranya.
Lagi-lagi bangsa ini harus tetap
optimistis, pengorbanan jiwa dan raga kita baktikan bagi negeri. Dari lahir
hingga kita mati harus tetap setia terhadap Negara ini, seklipun hidup dalam
kondisi ketidakadilan yang nyata.
Mungkin Negara Indonesia harus
menempuh waktu ribuan tahun untuk bisa memakmurkan bangsanya. Seperti india dan
mesir, sebuah Negara yang memiliki usia peradaban beribu tahun lamanya, namun toh, kesejahteraan bangsanya masih
minim. Berarti usia peradaban bukanlah menjadi alasan mengapa Negara bisa
menjadi makmur atau sengsara. Rupanya penentunya bukan usia peradaban, lantas
apa? (Jawaban lebih lanjut bisa dilihat pada tulisanku berjudul “Pendidikan
Karakter dan Kemajuan Bangsa”)
Harus kita sadari bahwa sudah lebih
dari setangah abad usia bangsa ini, belum mampu mewariskan karya nyata yang
membanggakan, terutama di dunia karya tulis. Disinilah bangsa ini sedang
menghadapi darurat karya nyata dan orisinal.
Soal orisinalitas karya ini bisa kita
lihat di dunia perguruan tinggi, misalnya orisinalitas skripsi yang dibuat oleh
mahasiswa. Penulis menengarai adanya keganjalan orisinalitas skripsi yang patut
dikritisi. Dalam soal ini Erik R Prabowo (kompas 12/09/15) menuliskan, misalnya
sebagian skripsi dari satu jurusan memiliki
kesamaan pokok bahasan, yang berbeda hanyalah seputar nilai variabel.
Logikanya, bagaimana mungkin di dua atau tiga universitas yang berbeda memiliki
judul skripsi yang hampir sama?
Disinilah arti penting budaya
menulis, dengan menulis, sama halnya kita sedang membangun masa depan sejarah
bangsa dan peradaban, sebab tulisan adalah warisan dan karya sejarah yang tidak
akan hilang di setiap zaman. Tulisan adalah fondasi masa depan bangsa. Tulisan
akan menjadi cahaya bagi perjalanan peradaban manusia. Jika kita menganggap
penting sebua tulisan, maka budaya menulis harus dijadikan persoalan dan agenda
pembangunan bangsa.
Betapa pentingnya arti sebuah
tulisan, Rasulullah menegaskan bahwa “sampaikanlah walau hanya satu ayat”.
Dalam hal ini Allah menambahkan semangat yang seharusnya berkobar dalam jiwa muslim
yang penulis; “seandainya pohon dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta maka
tidak akan habisnya untuk menyebut nama Allah”.
Inilah titik pikiran dan kesadaran
yang melatari didirikannya website catatan wahyudi. Website ini dimaksudkan sebagai lembaran yang mencoba
menggoreskan setiap pristiwa bangsa dalam sudut pandang kritis sang penulis
(wahyudi). Website juga sebagai tempat melampiaskan kegelisahan intelektual
penulis dalam menyikapi segala persoalan bangsa yang tak luput dari peran para
pemimpinnya. Melalui website ini juga penulis berusaha menghadirkan peranan
dalam proses mempengaruhi kebijakan publik. Selain itu, penulis mengajak bagi
siapapun yang memiliki minat dan apresiasi di dunia tulis untuk bersama sama
mengembangkan dunia karya tulis. Melalui website ini juga ada keinginan penulis
yang tidak bisa ditutup-tutupi, yakni keniginan mendirikan komunitas Gerakan
Indonesia Menulis (GIM).
“Yakinlah, sekecil apapun kebaikan yang
kita buat,
hasilnya betapa engkau manusia yang mulia dan
berguna”
wahyudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar