Minggu, 13 September 2015

Kapita Selekta Histori Catatan Wahyudi



ARTI PENTING MENULIS
(Latar belakang Didirikannya Website Catatan Wahyudi)

Dengan menulis, kita tidak akan hilang dari sejarah dan ingatan rakyat. Betapa pentingnya catatan bagi sebuah bangsa, namun sayangnya kesadaran akan pentingnya karya tulis belum diikuti banyaknya jumlah karya tulis, ini terbukti dengan minimnya jumlah karya tulisan bangsa ini.

Isi tulisan yang berjudul “Negeri diatas kertas” sebagaimana yang ditulis oleh Erik R Prabowo (kompas-12/09/15) ada benarnya juga, dengan judul tulisannya itu ia ingin menyampaikan bahwa jumlah ijazah dan karya di negeri ini tidak sebanding. Jumlah ijazah pendidikan tinggi yang banyak itu tidak memberi jaminan bahwa pemegangnya mampu menghasilkan karya inovatif.

Erik dengan rasa minderya mengutip kalimat yang berbunyi “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah” (Premoedya Ananta Toer). Kutipan kalimat tersebut seperti sindiran atas kelangkaan karya tulis. Erik menafsirkan kalimat Pramoedya menjadi “buat apa sekolah tinggi-tinggi jika setelah selesai tak menghasilkan satu pun karya nyata yang bermanfaat bagi rakyat”.

Disinilah persoalan bangsa kita, bangsa ini sudah berusia hampir satu abad, 70 tahun sudah. Namun, rupanya waktu 70 tahun itu belum mampu menorehkan bilangan karya-karya peradaban di bidang keilmuan dan sains yang membanggakan. Berbeda dengan Negara maju, kesadaran akan pentingnya karya peradaban keilmuan dan sains amatlah tinggi, mereka membuktikannya dengan banyaknya kegiatan penelitian, menghargai inovasi dan karya tulis.

Kondisi di Negara maju tersebut amat jauh kontras dengan negeri kita, jangan bermimpi jumlah kegiatan penelitian di negeri ini akan meningkat, dunia pendidikan yang menjadi dasar karya peradaban saja belumlah diberi perhatian serius oleh negara ini. Apalagi soal penelitian dan karya tulis, jangan berharap lebih.

Jika Negara maju yang amat kapitalis-pun masih menggratiskan pendidikan warga negaranya, berbeda dengan Negara kita, pendidikan bangsa kita belumlah terjamin, akses pendidikan menjadi pertanyaan yang belum terjawab oleh negara sampai saat ini. Buktinya masih banyak anak bangsa yang tidak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan hingga jenjang menengah dan sarjana? Syahdan, janji konstitusi akan mensejahterakan warga negaranya pada akhirnya hanya menjadi tulisan indah diatas kertas yang lapuk, basi dan tanpa bukti indah yang dirasakan warga negaranya.

Lagi-lagi bangsa ini harus tetap optimistis, pengorbanan jiwa dan raga kita baktikan bagi negeri. Dari lahir hingga kita mati harus tetap setia terhadap Negara ini, seklipun hidup dalam kondisi ketidakadilan yang nyata.

Mungkin Negara Indonesia harus menempuh waktu ribuan tahun untuk bisa memakmurkan bangsanya. Seperti india dan mesir, sebuah Negara yang memiliki usia peradaban beribu tahun lamanya, namun toh, kesejahteraan bangsanya masih minim. Berarti usia peradaban bukanlah menjadi alasan mengapa Negara bisa menjadi makmur atau sengsara. Rupanya penentunya bukan usia peradaban, lantas apa? (Jawaban lebih lanjut bisa dilihat pada tulisanku berjudul “Pendidikan Karakter dan Kemajuan Bangsa”)

Harus kita sadari bahwa sudah lebih dari setangah abad usia bangsa ini, belum mampu mewariskan karya nyata yang membanggakan, terutama di dunia karya tulis. Disinilah bangsa ini sedang menghadapi darurat karya nyata dan orisinal.

Soal orisinalitas karya ini bisa kita lihat di dunia perguruan tinggi, misalnya orisinalitas skripsi yang dibuat oleh mahasiswa. Penulis menengarai adanya keganjalan orisinalitas skripsi yang patut dikritisi. Dalam soal ini Erik R Prabowo (kompas 12/09/15) menuliskan, misalnya sebagian skripsi  dari satu jurusan memiliki kesamaan pokok bahasan, yang berbeda hanyalah seputar nilai variabel. Logikanya, bagaimana mungkin di dua atau tiga universitas yang berbeda memiliki judul skripsi yang hampir sama?

Disinilah arti penting budaya menulis, dengan menulis, sama halnya kita sedang membangun masa depan sejarah bangsa dan peradaban, sebab tulisan adalah warisan dan karya sejarah yang tidak akan hilang di setiap zaman. Tulisan adalah fondasi masa depan bangsa. Tulisan akan menjadi cahaya bagi perjalanan peradaban manusia. Jika kita menganggap penting sebua tulisan, maka budaya menulis harus dijadikan persoalan dan agenda pembangunan bangsa.

            Betapa pentingnya arti sebuah tulisan, Rasulullah menegaskan bahwa “sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Dalam hal ini Allah menambahkan semangat yang seharusnya berkobar dalam jiwa muslim yang penulis; “seandainya pohon dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta maka tidak akan habisnya untuk menyebut nama Allah”.

            Inilah titik pikiran dan kesadaran yang melatari didirikannya website catatan wahyudi. Website ini  dimaksudkan sebagai lembaran yang mencoba menggoreskan setiap pristiwa bangsa dalam sudut pandang kritis sang penulis (wahyudi). Website juga sebagai tempat melampiaskan kegelisahan intelektual penulis dalam menyikapi segala persoalan bangsa yang tak luput dari peran para pemimpinnya. Melalui website ini juga penulis berusaha menghadirkan peranan dalam proses mempengaruhi kebijakan publik. Selain itu, penulis mengajak bagi siapapun yang memiliki minat dan apresiasi di dunia tulis untuk bersama sama mengembangkan dunia karya tulis. Melalui website ini juga ada keinginan penulis yang tidak bisa ditutup-tutupi, yakni keniginan mendirikan komunitas Gerakan Indonesia Menulis (GIM).

“Yakinlah, sekecil apapun kebaikan yang kita buat, hasilnya betapa engkau manusia yang mulia dan berguna”
wahyudi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar