Rabu, 23 September 2015

Kebijaksanaan Tunjangan DPR

Oleh ; WAHYUDI

Anggota dewan yang bijaksana itu seperti sudah kehilangan kepekaan dan kebijaksanaannya. Pada saat rakyat menghadapi keadaan sulit, terutama kesulitan ekonomi. Bukannya memperbaiki tugas utamanya, justru anggota dewan itu ingin tunjangan penghasilannya dinaikan. Hal itu tentu kurang bijak.

Boleh-boleh saja, anggota dewan itu mengajukan kenaikan tunjangan untuk meningkatkan kinerjanya, apalagi biaya politik DPR untuk mengoptimalkan penyerapan aspirasi rakyat semakin mahal. Namun setidaknya anggota dewan jangan seperti anak kecil. Pada saat keadaan sulit seperti ini bukan waktu yang tepat, apalagi ditambah rekor kinerja dewan belum menunjukan hasil yang membanggakan.

Persoalannya; sekalipun kita tahu, tunjangan anggota dewan memang belum pernah naik selama bertahun-tahun dan semakin tingginya biaya politik anggota DPR, namun hal itu bukan menjadi alasan yang tepat untuk menaikan tunjangan saat ini ditengah kesulitan yang dihadapi rakyat.Jika dengan alasan itu anggota dewan tetap ngotot untuk menaikan tunjangnnya. Maka anggota dewan itu bukanlah negarawan sejati yang datang kepada rakyat dengan cinta.

BUTUH NEGARAWAN SEJATI
Negarawan sejati yang datang kepada rakyat dengan cinta adalah meraka yang tetap bekerja bijak dan cerdas dengan segala sumber daya dan potensi yang tersisa. Sebab, jika anggota dewan itu masih memikirkan kurang atau tidaknya biaya operasional, maka pasti sampai kapanpun ada kurangnya. Disinilah akan terlihat negarawan yang datang dengan cinta atau negarawan yang datang dengan pamri.

Anggota dewan yang mengajukan tunjangan itu sepertinya sudah tidak peka lagi terhadap gejala kondisi ekonomi rakyatnya yang sedang genting. Sepertinya perlu cara untuk membuka hati nurani anggota dewan yang terhormat itu. Agar setidaknya wakil rakyat itu peduli dan cinta pada kondisi rakyatnya.

Sepertinya anggota dewan itu harus diajak menginap dua atau empat hari di rumah-rumah kos para buruh pabrik di sekitar Jababeka atau ikut hidup dengan para buruh yang terkena PHK lalu ikut makan dengan menu utama mereka (buruh) sehari-hari yang memang disesuaikan dengan gaji dan uang mereka. Atau anggota dewan itu kita ajak keluar pulau Jawa untuk berkunjung dan menginap minimal satu minggu di Sumatera dan Kalimantan yang sedang diselimuti kabut asap sambil menyaksikan kematian aktivitas ekonomi, pendidikan dan bahkan kesehatan.

Langkah tersebut bisa kita bayangkan akan menghasilkan pencerahan yang luar biasa dan menumbuhkan rasa cinta serta peduli terhadap kondisi rakyatnya saat ini. Pada akhirnya daya pengabdian professional untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat akan lebih bergelora dan bertenaga. Tidak mudah layu dan lesu seperti prilaku mengajukan kenaikan gaji dan tunjangan.

Rakyat yang sedang kesulitan itu sedang membutuhkan pemimpin yang mengayomi dan mendatangkan rasa aman dan tenram. Dalam kondisi seperti saat ini, rakyat hanya menanti seorang negarawan sejati yang datang dengan cinta, peduli dan membantu meringankan beban rakyat. Bukan justru tanpa malu mengajukan kenaikan tunjangan. Tentu harus malu, sebab semua orang tahu bahwa usulan mengajukan kenaikan tunjangan itu bukanlah waktu yang tepat dan kurang bijak.

 Memang bahwa tidak semua wakil rakyat setuju atau sebagian menolak usulan kebijakan yang tidak bijak itu. Namun sejatinya, wakil rakyat yang tidak setuju itu harus bisa membuktikan penolakannya dengan tindakan nyata, bukan hanya demi pencitraan. Setidaknya harus membuktikan sikap penolakannya itu dengan menginstruksikan anggota fraksinya di DPR untuk melakukan hal yang serupa. Dalam hal ini tubuh DPR jangan berwajah dua, malu tapi mau. Penolakan kenaikan tunjangan itu harus dibuktikan dengan pernyataan resmi.

Penegasan sikap tersebut tentu untuk melindungi wibawah dan marwah lembaga perwakilan rakyat. Jika wakil rakyat itu negarawan sejati, maka syogiyanya harus lebih insropeksi dan koreksi atas kebijakannya itu. Tengoklah dulu keadaan rakyatnya agar lebih bijak dan cerdas dalam menjalankan tugas utamanya.


Jika wakil rakyat itu bijaksana dan berwibawa tentu akan merasa malu untuk mengajukan kenaikan gaji dan tunjangan pada  saat kondisi rakyatnya dikepung kesulitan. Anggota dewan yang terhormat itu harus tampil sebagai negarawan sejati dan pemimpin bangsa yang bijaksana. Membantu dan membimbing rakyatnya yang menginginkan kehidupannya lebih baik. Kehidupan yang tentram, aman dan nyaman di tanah airnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar