Oleh;
WAHYUDI
Syarat
menjadi Negara maju bagi Indonesia sudah lebih dari cukup. Kita lihat saja
negeri kita adalah Negara yang dianugrahi dengan sumberdaya yang melimpah. Anak
SD juga tahu betapa bangsa Indonesia secara faktual memiliki modal sumber daya
besar untuk maju. Yang membuat kita bingung adalah mengapa dengan modal yang
betapa besar itu Indonesia tak kunjung sejahtera, makmur dan adil?
Disinilah
sepertinya ada persoalan yang mendasar dan mengakar yang mengikat kita pada keterpurukan.
Menjadi penyebab yang membuat kita sulit untuk maju. Pada tahapan inilah setiap
kita akan memiliki pendapat yang berbeda satu sama lain. Tanpa mengabaikan
persoalan yang lain, disinilah kita masih meyakini bahwa pendidikan adalah
masalah besar dan nomor satu di Indonesia yang sampai hari ini masih relevan
kita bicarakan.
Seandainya
saja jika dunia pendidikan kita mampu mencetak manusia yang berkualitas tinggi,
maka bisa kita bayangkan, kebingungan mengapa Indonesia sulit untuk maju bisa
terjawab dengan segera; yakni kualitas manusia menjadi kuncinya. Manusia
seperti apa dan pendidikan yang bagaimana yang disyaratkan? Disinilah yang
tetap relevan untuk kita jawab, sampai
kapanpun.
KUALITAS
SDM
Manusia
menjadi kunci, penentu Negara bisa maju atau bahkan terpuruk. Ini sudah
dibuktikan oleh beberapa Negara. Kita bisa belajar dari Negara lain yang sudah
maju, meraka tidak memiliki kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah, tetapi
bisa membuktikan bahwa mereka mampu menjadikan negerinya makmur dan maju.
Jepang
yang 80 persen tanahnya tidak bisa dibudidayakan, adalah Negara terkaya
didunia. Negara ini bagaikan gugusan kepulauan pabrik dan laboratorium yang
mendatangkan aneka bahan baku dari seluruh dunia. Lalu menjual produknya dengan
harga sekian kali lipat ke seluruh dunia. Swiss yang sama sekali tidak punya
perkebunan coklat, tetapi menjadi penghasil aneka produk olahan dari coklat
nomor satu di dunia. Keterbatasan justru mendorong penduduknya untuk membuat
berbagai olahan makanan. (Faisal Basri, 2009).
Kenyataan
Negara maju tersebut justru jauh berbeda dengan mesir, india dan Indonesia.
Mesir dan india adalah Negara yang berusia ribuan tahun tetapi kesejahteraan penduduknya masih minim.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Negeri kita ini sudah hampir satu abad, tetapi
waktu selama itu rupanya belum cukup mampu mengelola kekayaan alam yang
dimilikinya. Kontras dengan kanada, selandia baru dan singapura yang baru
berusia setengah hingga satu setengah abad, namun kesejahteraan penduduknya
jauh lebih besar.
Negara-negara
maju itu amat jelas tidak bermodalkan kekayaan alam, usia peradaban atau bahkan
ras tertentu. Disinilah yang perlu kita pelajari, apa yang menjadi penentu maju
dan sejahtera atau tidaknya suatu
negera-bangsa?. Mudah dijawab; penentunya adalah pribadi-pribadi manusia
yang ada di negeri tersebut. Dalam bahasa antropologi, kualitas pribadi itu
disebut daya psikokultural. Atau
kualitas karakter budaya yang dimiliki suatu bangsa. Jika kualitas karakter
budaya bangsa yang dimiliki sifat-sifat pemalas, tidak disiplin, tak menghargai waktu, suka
mencuri dan sebagainya, tentu segala potensi negeri yang dimiliki tidak akan
mampu terkelola dengan baik.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN
Disinilah
pentingnya kualitas karakter budaya, berupa sikap hidup (attitude) yang penuh dengan nilai-nilai positif. Sikap hidup ini
berlatar belakang kebudayaan. Dapat kita nilai bahwa kebudayaan pada akhirnya
cermin kualitas individu dan sosial suatu Negara. Penentu kualitas kebudayaan
ditentukan oleh kualitas proses pendidikan bertahun-tahun. Dalam tema ini dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah penentu keberhasilan suatu Negara, maju
atau tidaknya suatu Negara.
Pendidikan yang diperlukan adalah
pendidikan berorientasi pada pembentukan sikap hidup; sikap hidup ini berupa
nilai dan prinsip yang menekankan pada budi pekerti, disiplin, menghargai
waktu, integritas, rasa tanggungjawab, hormat aturan, bekerja keras, menepati
janji dan ucapan, berusaha untuk hidup lebih baik dan nilai-nilai utama
lainnya. Jadi nilai-nilai ini yang harus menjadi ukuran keberhasilan pendidikan
suatu bangsa. Bukan semata-mata melahirkan ribuan manusia bergelar insinyur,
psikolog, dokter dan lainnya, tetapi lebih pada orientasi pembentukan karakter
sikap hidup (daya psikokultural).
Pendidikan
berorientasi karakter inilah yang harus diberikan perhatian dan porsi besar
dalam proses pendidikan. Sebab Negara maju kebanyakan masyarakatnya memiliki ciri-ciri
sikap hidup yang lebih baik ketimbnag Negara berkembang dan Negara terbelakang.
Berbeda, kebanayakan masyarakat Negara berkembang atau Negara terbelakang amat
sedikit penduduknya yang memiliki sikap hidup baik (nilai positif).
Pendapat
inilah yang seharusnya menjadi dasar sistem pendidikan, dimana sisitem
pendidikan yang memungkinkan warga-negaranya memiliki sikap hidup bernilai
positif. Pelajaran sains, seperti matematika atau semacam bahasa Indonesia dan
ilmu pengetahuan alam memang amat penting dan diperlukan untuk mengasah logika,
nalar dan daya kritis sains seseorang. Namun tetap, nilai-nilai budi pekerti,
akhlak, disiplin, kemauan bekerja keras, kemauan menjadi lebih baik, serta
memahami hak dan kewajibannya penulis yakini hal-hal ini amat jauh lebih
penting. Jika diyakini dan dinaggap penting maka sejatinya pelajaran sikap
hidup harus (karakter) diakomodasi dengan porsi memadai dalam berbagai tingkat
pendidikan.
Pendidikan
yang berorientasi pembentukan dan pengembangan karakter (sikap hidup) ini tak
dinafikan bahwa penentunya ada di institusi pendidikan formal (sekolah). Sebab
anak-anak menghabiskan 5-8 jam per hari, maka sekolah dan pendidik (guru/dosen)
memiliki peranan yang amat besar dalam pembentukan pendidikan karakter
tersebut. Proses pendidikan karakter ini sulit dibebankan pada pihak orang tua,
tidak cukup hanya orang tua yang diharapkan mengajarkannya. Apalagi di zaman
sekarang seoarang ayah dan ibu sama-sama sibuk mencari nafkah untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan hidup yang kian harin semakin mahal.
Kebaradaan
guru sebagai orang yang memegang peran besar di sekolah harus dipandang sebagai
profesi yang luar biasa pentingnya, sehingga guru haruslah sosok manusia yang
memiliki moral teladan, integritas karakter, intelektualitas dan memenuhi
syarat kemampuan mendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar