Sabtu, 12 September 2015

Pendidikan Karakter dan Kemajuan Bangsa


Oleh; WAHYUDI

Syarat menjadi Negara maju bagi Indonesia sudah lebih dari cukup. Kita lihat saja negeri kita adalah Negara yang dianugrahi dengan sumberdaya yang melimpah. Anak SD juga tahu betapa bangsa Indonesia secara faktual memiliki modal sumber daya besar untuk maju. Yang membuat kita bingung adalah mengapa dengan modal yang betapa besar itu Indonesia tak kunjung sejahtera, makmur dan adil?

Disinilah sepertinya ada persoalan yang mendasar dan mengakar yang mengikat kita pada keterpurukan. Menjadi penyebab yang membuat kita sulit untuk maju. Pada tahapan inilah setiap kita akan memiliki pendapat yang berbeda satu sama lain. Tanpa mengabaikan persoalan yang lain, disinilah kita masih meyakini bahwa pendidikan adalah masalah besar dan nomor satu di Indonesia yang sampai hari ini masih relevan kita bicarakan.

Seandainya saja jika dunia pendidikan kita mampu mencetak manusia yang berkualitas tinggi, maka bisa kita bayangkan, kebingungan mengapa Indonesia sulit untuk maju bisa terjawab dengan segera; yakni kualitas manusia menjadi kuncinya. Manusia seperti apa dan pendidikan yang bagaimana yang disyaratkan? Disinilah yang tetap relevan untuk kita  jawab, sampai kapanpun. 

KUALITAS SDM
Manusia menjadi kunci, penentu Negara bisa maju atau bahkan terpuruk. Ini sudah dibuktikan oleh beberapa Negara. Kita bisa belajar dari Negara lain yang sudah maju, meraka tidak memiliki kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah, tetapi bisa membuktikan bahwa mereka mampu menjadikan negerinya makmur dan maju.

Jepang yang 80 persen tanahnya tidak bisa dibudidayakan, adalah Negara terkaya didunia. Negara ini bagaikan gugusan kepulauan pabrik dan laboratorium yang mendatangkan aneka bahan baku dari seluruh dunia. Lalu menjual produknya dengan harga sekian kali lipat ke seluruh dunia. Swiss yang sama sekali tidak punya perkebunan coklat, tetapi menjadi penghasil aneka produk olahan dari coklat nomor satu di dunia. Keterbatasan justru mendorong penduduknya untuk membuat berbagai olahan makanan. (Faisal Basri, 2009).

Kenyataan Negara maju tersebut justru jauh berbeda dengan mesir, india dan Indonesia. Mesir dan india adalah Negara yang berusia ribuan tahun  tetapi kesejahteraan penduduknya masih minim. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Negeri kita ini sudah hampir satu abad, tetapi waktu selama itu rupanya belum cukup mampu mengelola kekayaan alam yang dimilikinya. Kontras dengan kanada, selandia baru dan singapura yang baru berusia setengah hingga satu setengah abad, namun kesejahteraan penduduknya jauh lebih besar.

Negara-negara maju itu amat jelas tidak bermodalkan kekayaan alam, usia peradaban atau bahkan ras tertentu. Disinilah yang perlu kita pelajari, apa yang menjadi penentu maju dan sejahtera atau tidaknya suatu  negera-bangsa?. Mudah dijawab; penentunya adalah pribadi-pribadi manusia yang ada di negeri tersebut. Dalam bahasa antropologi, kualitas pribadi itu disebut daya psikokultural. Atau kualitas karakter budaya yang dimiliki suatu bangsa. Jika kualitas karakter budaya bangsa yang dimiliki sifat-sifat pemalas,  tidak disiplin, tak menghargai waktu, suka mencuri dan sebagainya, tentu segala potensi negeri yang dimiliki tidak akan mampu terkelola dengan baik.

PENTINGNYA PENDIDIKAN
Disinilah pentingnya kualitas karakter budaya, berupa sikap hidup (attitude) yang penuh dengan nilai-nilai positif. Sikap hidup ini berlatar belakang kebudayaan. Dapat kita nilai bahwa kebudayaan pada akhirnya cermin kualitas individu dan sosial suatu Negara. Penentu kualitas kebudayaan ditentukan oleh kualitas proses pendidikan bertahun-tahun. Dalam tema ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah penentu keberhasilan suatu Negara, maju atau tidaknya suatu Negara.

            Pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan berorientasi pada pembentukan sikap hidup; sikap hidup ini berupa nilai dan prinsip yang menekankan pada budi pekerti, disiplin, menghargai waktu, integritas, rasa tanggungjawab, hormat aturan, bekerja keras, menepati janji dan ucapan, berusaha untuk hidup lebih baik dan nilai-nilai utama lainnya. Jadi nilai-nilai ini yang harus menjadi ukuran keberhasilan pendidikan suatu bangsa. Bukan semata-mata melahirkan ribuan manusia bergelar insinyur, psikolog, dokter dan lainnya, tetapi lebih pada orientasi pembentukan karakter sikap hidup (daya psikokultural).

Pendidikan berorientasi karakter inilah yang harus diberikan perhatian dan porsi besar dalam proses pendidikan. Sebab Negara maju kebanyakan masyarakatnya memiliki ciri-ciri sikap hidup yang lebih baik ketimbnag Negara berkembang dan Negara terbelakang. Berbeda, kebanayakan masyarakat Negara berkembang atau Negara terbelakang amat sedikit penduduknya yang memiliki sikap hidup baik (nilai positif).

Pendapat inilah yang seharusnya menjadi dasar sistem pendidikan, dimana sisitem pendidikan yang memungkinkan warga-negaranya memiliki sikap hidup bernilai positif. Pelajaran sains, seperti matematika atau semacam bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan alam memang amat penting dan diperlukan untuk mengasah logika, nalar dan daya kritis sains seseorang. Namun tetap, nilai-nilai budi pekerti, akhlak, disiplin, kemauan bekerja keras, kemauan menjadi lebih baik, serta memahami hak dan kewajibannya penulis yakini hal-hal ini amat jauh lebih penting. Jika diyakini dan dinaggap penting maka sejatinya pelajaran sikap hidup harus (karakter) diakomodasi dengan porsi memadai dalam berbagai tingkat pendidikan.

Pendidikan yang berorientasi pembentukan dan pengembangan karakter (sikap hidup) ini tak dinafikan bahwa penentunya ada di institusi pendidikan formal (sekolah). Sebab anak-anak menghabiskan 5-8 jam per hari, maka sekolah dan pendidik (guru/dosen) memiliki peranan yang amat besar dalam pembentukan pendidikan karakter tersebut. Proses pendidikan karakter ini sulit dibebankan pada pihak orang tua, tidak cukup hanya orang tua yang diharapkan mengajarkannya. Apalagi di zaman sekarang seoarang ayah dan ibu sama-sama sibuk mencari nafkah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang kian harin semakin mahal.

Kebaradaan guru sebagai orang yang memegang peran besar di sekolah harus dipandang sebagai profesi yang luar biasa pentingnya, sehingga guru haruslah sosok manusia yang memiliki moral teladan, integritas karakter, intelektualitas dan memenuhi syarat kemampuan mendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar